Thursday, July 24, 2008

Adab terhadap pemerintah

*Adab terhadap Pemerintah Menurut Sunnah Yang Shahih
*** Label : Politik

_________________

s - Forumer kata,

Saya sendiri tidak bencikan pemerintah, tetapi sayangkan mereka kerana tanggungjawab mereka sangat berat dan banyak kena soal nnt, saya ni pn x terjawab dah soalan2 nanti rasanya, aduusss

al-Jawab,

Kalau benar anda sayangkan pemerintah, tegurlah mereka berdasrkan as-Sunnah dan tetap di atas manhaj petunjuk nabi dan sahabat2-nya. bukan bertuhankan emosi dan kemarahan. Kalau takut kena soal, jgn jadi pemerintah. Mereka yang takutkan Allah, sangat takut utk jadi pemimpin dan mencalonkan diri sendiri. Anda yang giat hentam BN, nak ikut jejak BN jugak ke?

Di sini saya bawakan adab2 dengan pemerintah menurut Sunnah:

Jangan kalian mencela penguasa kalian, jangan kalian menipu dan membencinya. Bertakwa dan bersabarlah kepada Allah, sesungguhnya perkaranya dekat. (Hadis Riwayat Baihaqi dalam Syu’abul Iman 6/69, Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunnah 2/488, Tahqiq DR.Basim Jawabirah dan beliau menghasankannya)

jangan di-cela:

Ziyad bin Kusaib al-Adawi berkata: “Aku pernah bersama Abu Bakrah duduk di bawah mimbar Ibnu Amir yang sedang berkhutbah dan memakai pakaian tipis. Abu Bilal berkata: ‘Lihatlah pemimpin kita, dia memakai pakaian orang fasik!’ Abu Bakrah berkata: “Diamlah! Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah bersabda: Barangsiapa yang menghina penguasa Allah di muka bumi, Allah akan menghinakannya.” (as-Sahihah, 5/376)

Larangan mencela penguasa bukan hanya kerana memelihara kehormatan kepada mereka semata, akan tetapi demi membendung dan mencegah kerosakan/keburukan yang besar. Tidak mustahil bahawa diawali dengan soal cela-mencela akan berakhir dengan pemberontakan. Fahamilah wahai saudaraku! Taatilah sunnah Rasulullah dan pendirian para sahabat-sahabat Rasulullah.

Manhaj Ahlus Sunnah dalam masalah ini adalah berusaha mengumpulkan hati manusia agar mencintai penguasa, menyebarkan rasa cinta antara rakyat dan penguasa, menunjuki rakyat agar bersabar atas keburukan penguasa, berupa monopoli terhadap harta, dan perbuatan zalimnya dan lain-lain. Istiqamah menasihati penguasa dengan rahsia, memperingatkan penguasa dari kemungkaran secara umum tanpa menyebutkan individu orangnya, seperti memperingatkan bahaya zina secara umum, riba secara umum, korupsi (penyelwengan) secara umum dan yang seumpamanya. (Muamalatul Hukkam, hal. 111)

Nasihati dengan prinsip/kaedah yang benar (di atas sunnah),

Barangsiapa yang hendak menasihati penguasa, janganlah ia menampakkannya secara terang-terangan, akan tetapi hendaklah ia memegang tangannya, kemudian bersendirian dengannya.

Apabila penguasa itu mahu menerima nasihat, maka itulah yang diinginkan. Apabila tidak, sesungguhnya dia (yang menasihati) telah menunaikan kewajibannya. (Hadis Riwayat Ibnu Abi Ashim 2/507, Ahmad 3/403, Hakim 3/290, hadis ini disahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Dhilalil Jannah, hal. 507)

“Tidakkah engkau menemui Utsman kemudian menasihatinya?” Beliau menjawab: “Apakah kamu fikir aku tidak menasihatinya kecuali harus memberitahumu?! Sungguh aku telah menasihatinya dengan empat mata, dan aku tidak ingin membuka rahaia.” (Diriwayatkan oleh Bukhari 6/330, al-Fath 13/48, Muslim 4/2290)

Al-Hafizh Iyadh Rahimahullah berkata:

“Maksud Usamah adalah dia tidak ingin membuka pintu pengingkaran kepada penguasa secara terang-terangan, kerana khuwatir timbul akibat yang buruk. Bahkan hendaklah mengingkari dengan lemah lembut, menasihati secara rahsia kerana hal itu lebih mudah diterima.” (Fathul Bari, 13/52)

Tempuhlah cara yang selamat ini wahai saudaraku seiman, nasihati penguasa secara rahsia dan bukanlah dengan terang-terangan (dipertontonkan), jangan menyebarkan keburukkannya di mimbar-mimbar bebas, di tempat-tempat umum, di pentas ceramah, media-media massa & cetak, majalah-majalah & risalah-risalah, demonstrasi, atau apa saja dari cara-cara yang menyelisihi prinsip Ahlus Sunnah. Janganlah anda tertipu dengan kebanyakan orang yang menempuh cara seperti itu walaupun mungkin niat pelakunya baik, kerana cara yang demikian jelas menyelisihi sunnah.

Nabi bersabda (yang ertinya): “Sesungguhnya akan ada setelahku para pemimpin yang mementingkan diri mereka sendiri, perkara-perkara yang kalian ingkari.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah apa yang engkau perintahkan kepada kami?” Beliau menjawab:

“Hendaklah kalian menunaikan kewajiban kalian dan mintalah hakmu kepada Allah. (Hadis Riwayat Bukhari 13/5, Muslim 3/1472)

Imam Hasan al-Bashri Rahimahullah menyatakan: “Ketahuilah kezaliman penguasa adalah kemurkaan dari kemurkaan Allah. Kemurkaan Allah tidaklah dihadapi dengan pedang, akan tetapi dengan takwa, tolaklah dengan do’a, taubat dan menjauhkan dosa.” (Adab, al-Hasan al-Bashri hal. 119)

Imam Ibnu Abil Izzi berkata:

“Adapun taat kepada penguasa tetap wajib sekalipun mereka zalim, kerana keluar dari ketaatan mereka akan menimbulkan keburukkan yang banyak melebihi kezaliman mereka. Bahkan sabar atas kezaliman penguasa adalah penghapus dosa, melipat gandakan pahala, kerana tidaklah Allah menimpakan hal itu kecuali kerana keburukkan perbuatan kita sendiri. Balasan itu setimpal

dengan perbuatan. Wajib bagi kita untuk bersunguh-sungguh meminta ampun kepada Allah, taubat dan memperbaiki diri. Maka apabila rakyat ingin membebaskan diri dari kezaliman penguasa hendaklah mereka mengawali dengan meninggalkan perbuatan zalim pada diri mereka sendiri.” (Syarah al-Aqidah at-Thohawiyyah, 2/542) (Alangkah bagusnya ucapan Abdul Malik bin Marwan

ketika berkata: “Berlaku adillah kepada kami wahai seluruh rakyat. Kalian menghendaki dari kami seperti pemerintahan Abu Bakar dan Umar, akan tetapi kalian tidak mahu berjalan bersama kami dan tidak pula mencontohi rakyatnya Abu Bakar dan Umar”. (Sirojul Muluk, hal.100))

Rosulullah s.a.w. bersabda (yang ertinya); Sebaik-baiknya penguasa adalah yang kalian mencintainya dan mereka mencintai kalian. Kalian mendo‘akannya dan mereka mendo’akan kalian.

Seburuk-buruknya penguasa adalah yang kalian membencinya dan merekapun membenci kalian, kalian mencacinya dan mereka mencaci kalian.” Rosulullah ditanya: “Wahai Rasulullah tidakkah kita memberontak dengan pedang?” beliau menjawab: “Jangan, selama mereka masih menegakkan solat.” Apabila kalian melihat sesuatu yang kalian benci dari penguasa kalian, maka bencilah perbuatannya dan janganlah kalian menca but ketaatan dan mereka. (Hadis Riwayat Muslim, 3/1481)

***
( Credit to : tanpa_nama di https://www.blogger.com/comment.g?blogID=3101615619146036576&postID=656569909761644987 )

No comments:

Geoglobe

Geocounter

About Me

My photo
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إنما العلم بالتعلم ( حديث حسن، انظر : صحيح الجميع ، للأ لبانى ) " Sesungguhnya 'ilmu itu,-hanya bisa diperoleh- dengan BELAJAR "